Kamis, 19 Februari 2015

UAS EKSPERIMEN FISIKA 1 IPB

UJIAN AKHIR SEMESTER
EKSPERIMEN FISIKA 1
31 Desember 2014

Nama               :Bayti Nurjanati
NIM                :G74120004
Nama MK       :Eksperimen Fisika 1
Kode MK        :FIS355
Nama Dosen   :Akhirudin Maddu / Erus Rustami

Pernyataan:
“saya menyatakan bahwa saya tidak melakukan kecurangan dalam mengerjakan ujian ini. Apabila saya terbukti melakukan kecurangan, maka saya bersedia dikenakan sanksi akademik sesuai ketentuan yang berlaku”.
1.      Diketahui:
·         Ketebalan sampel (x)= 0,012 m
·         Daya cahaya datang (Po) = 100 Watt
·         Daya cahaya yang diteruskan (P’) melewati sampel larutan dengan variasi konsentrasi tercatat dalam tabel sebagai berikut:
a.       Nilai Transmitansi dan Absorbansi
No. Sempel
Konsentrasi (M)
Daya cahaya yang
diteruskan P' (Watt)
Transmitansi (T)
Absorbansi (A)
1
0
100
1
0
2
0,08
50
0,5
0,301029996
3
0,16
25
0,25
0,602059991
4
0,24
15
0,15
0,823908741
5
0,32
10
0,1
1
6
0,4
7
0,07
1,15490196
7
0,48
6
0,06
1,22184875
8
0,56
5
0,05
1,301029996
9
0,64
5
0,05
1,301029996
10
0,72
5
0,05
1,301029996

  
b.      Kurva  Daya cahaya yang diteruskan P' (Watt) vs Konsentrasi (M)



Berdasarkan grafik yang dihasilkan diketahui bahwa grafik yang dihasilkan berupa grafik eksponensial negatif, besarnya nilai daya yang diteruskan (P’) adalah berbanding terbalik dengan besarnya nilai konsentrasi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrasi maka nilai daya yang diteruskan akan semakin kecil.

c.       Grafik. Transmitansi (T) vs Konsentrasi (M)

Dari grafik yang dihasilkan diketahui bahwa grafik transmitansi terhadap konsentrasi merupakan grafik eksponensial negatif, sehingga besarnya nilai transmitansi yang dihasilkan akan berbanding terbalik dengan besarnya nilai konsentrasi.





d.      Kurva Absorbansi (A) vs Konsentrasi (M)

Dari grafik yang dihasilkan dapat diketahui bahwa besarnya nilai absorbansi berbanding lurus dengan besarnya nilai konsentrasi, semakin tinggi nilai konsentrasi yang digunakan maka nilai absorbansi yang dihasilkan juga akan semakin tinggi.
e. Menentukan koefisien absorpsi sempel
(x): 0,012 m = 1,2 cm
Po: 100 Watt
α= M-1 cm-1

Konsentrasi (M)
Absorbansi (A)
Absorpsi (α)
0
0
tak hingga
0,08
0,301029996
7,220329875
0,16
0,602059991
7,220329875
0,24
0,823908741
6,587264816
0,32
1
5,996354167
0,4
1,15490196
5,540160944
0,48
1,22184875
4,884425227
0,56
1,301029996
4,457963792
0,64
1,301029996
3,900718318
0,72
1,301029996
3,467305171


2.
(1). Inversi Populer adalah kondisi dimana populasi atom atau elektron pada level lebih tinggi (exited level) jauh melebihi populasi pada level lebih rendah (ground level).
Cara mencapai kondisi inversi populer di dalam medium laser maka perlu dilakukan pemompaan (pumping) (Gambar 1), yaitu proses pengeksitasian atom-atom atau elektron-elektron dari level rendah ke level lebih tinggi dengan menggunakan energi dari luar sehingga jumlah atom pada level eksitasi jauh melebihi populasi atom pada level rendah. Energi luar yang digunakan dapat berupa energi listrik, panas, cahaya dan atau yang lainnya.


Gambar 1
Salah satu laser yang sangat banyak digunakan saat ini adalah Laser He-Ne yang menggunakan campuran gas Helium dan Neon sebagai medium aksi laser. Aksi laser Helium-Neon ditunjukkan pada Gambar 2, proses pumping terjadi pada atom Helium sedangkan emisi laser terjadi pada atom Neon.

Gambar 2
(2) Koherensi adalah besarnya nilai koefisien visibilitas dari suatu sinar laser.
Intensitas adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut.
Laser memiliki sifat intensitas karena pada laser terjadi proser pelipatgandan dari berkas sinar laser.
3.
Diketahui kerapatan kisi= 800 slit/mm.
d=1/800=0,00125 mm =1,25. 10-6 m
Jarak antar kisi (D)= 40 cm= 0,4 m
Y= 2 mm= 0,002 m

 nm

4.
Tabel 1. Data
drop&dir
Velocity
1U
0,0003445
1D
0,0003436
2U
0,0004032
2D
0,0004038
3U
0,0003139
3D
0,0003031
4U
0,0002048
4D
0,0002036
5U
0,0003272
5D
0,0003227
6U
0,0002124
6D
0,0001886

Tabel 2. Tetapan-Tetapan
b
0,0082
d
0,00757
v
501
E
66200
rho
886
p
98712
Tabel 3. Hasil Perhitungan
No. Tetesan
Muatan Tetesan Minyak (C)
Nilai n (Pembulatan)
1
5,93361 x 10-18
3,71 x 10+01
2
7,58465 x 10-18
4,74 x 10+01
3
4,97471 x 10-18
3,11 x 10+01
4
2,65521 x 10-18
1,66 x 10+01
5
5,41908 x 10-18
3,39 x 10+01
6
2,50041 x 10-18
1,56 x 10+01


Tetesan yang nilainya paling mendekati nilai muatan fundamental (elektron) adalah tetesan yang ke enam, karena nilai muatan elektron yang fundamental adalah 1,6 x 10-19 C sedangkan nilai tetesan yang ke enam adalah 2 x 10-18 C. Dan pada nilai n diketahui bahwa tetesan yang ke enam bernilai 15,6.