UJIAN
AKHIR SEMESTER
EKSPERIMEN
FISIKA 1
31
Desember 2014
Nama :Bayti Nurjanati
NIM :G74120004
Nama MK :Eksperimen Fisika 1
Kode MK :FIS355
Nama Dosen :Akhirudin Maddu / Erus Rustami
Pernyataan:
“saya menyatakan bahwa
saya tidak melakukan kecurangan dalam mengerjakan ujian ini. Apabila saya
terbukti melakukan kecurangan, maka saya bersedia dikenakan sanksi akademik
sesuai ketentuan yang berlaku”.
1.
Diketahui:
·
Ketebalan sampel (x)= 0,012 m
·
Daya cahaya datang (Po) = 100
Watt
·
Daya cahaya yang diteruskan (P’)
melewati sampel larutan dengan variasi konsentrasi tercatat dalam tabel sebagai
berikut:
a. Nilai
Transmitansi dan Absorbansi
No. Sempel
|
Konsentrasi (M)
|
Daya cahaya yang
diteruskan P' (Watt)
|
Transmitansi (T)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
0
|
100
|
1
|
0
|
2
|
0,08
|
50
|
0,5
|
0,301029996
|
3
|
0,16
|
25
|
0,25
|
0,602059991
|
4
|
0,24
|
15
|
0,15
|
0,823908741
|
5
|
0,32
|
10
|
0,1
|
1
|
6
|
0,4
|
7
|
0,07
|
1,15490196
|
7
|
0,48
|
6
|
0,06
|
1,22184875
|
8
|
0,56
|
5
|
0,05
|
1,301029996
|
9
|
0,64
|
5
|
0,05
|
1,301029996
|
10
|
0,72
|
5
|
0,05
|
1,301029996
|
b.
Kurva Daya cahaya yang diteruskan P' (Watt) vs Konsentrasi (M)
Berdasarkan grafik yang dihasilkan
diketahui bahwa grafik yang dihasilkan berupa grafik eksponensial negatif,
besarnya nilai daya yang diteruskan (P’) adalah berbanding terbalik dengan
besarnya nilai konsentrasi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrasi maka
nilai daya yang diteruskan akan semakin kecil.
c.
Grafik. Transmitansi (T) vs Konsentrasi (M)
Dari grafik yang dihasilkan diketahui
bahwa grafik transmitansi terhadap konsentrasi merupakan grafik eksponensial
negatif, sehingga besarnya nilai transmitansi yang dihasilkan akan berbanding
terbalik dengan besarnya nilai konsentrasi.
d.
Kurva Absorbansi (A) vs Konsentrasi (M)
Dari grafik yang dihasilkan dapat
diketahui bahwa besarnya nilai absorbansi berbanding lurus dengan besarnya
nilai konsentrasi, semakin tinggi nilai konsentrasi yang digunakan maka nilai
absorbansi yang dihasilkan juga akan semakin tinggi.
e. Menentukan koefisien absorpsi sempel
(x): 0,012 m = 1,2 cm
Po: 100 Watt
α= M-1 cm-1
Konsentrasi (M)
|
Absorbansi (A)
|
Absorpsi (α)
|
0
|
0
|
tak hingga
|
0,08
|
0,301029996
|
7,220329875
|
0,16
|
0,602059991
|
7,220329875
|
0,24
|
0,823908741
|
6,587264816
|
0,32
|
1
|
5,996354167
|
0,4
|
1,15490196
|
5,540160944
|
0,48
|
1,22184875
|
4,884425227
|
0,56
|
1,301029996
|
4,457963792
|
0,64
|
1,301029996
|
3,900718318
|
0,72
|
1,301029996
|
3,467305171
|
2.
(1).
Inversi Populer adalah kondisi dimana
populasi atom atau elektron pada level lebih tinggi (exited level) jauh
melebihi populasi pada level lebih rendah (ground level).
Cara
mencapai kondisi inversi populer di
dalam medium laser maka perlu dilakukan pemompaan (pumping) (Gambar 1), yaitu
proses pengeksitasian atom-atom atau elektron-elektron dari level rendah ke
level lebih tinggi dengan menggunakan energi dari luar sehingga jumlah atom
pada level eksitasi jauh melebihi populasi atom pada level rendah. Energi luar
yang digunakan dapat berupa energi listrik, panas, cahaya dan atau yang
lainnya.
Gambar 1
Salah satu laser yang sangat banyak digunakan saat ini
adalah Laser He-Ne yang menggunakan campuran gas Helium dan Neon sebagai medium
aksi laser. Aksi laser Helium-Neon ditunjukkan pada Gambar 2, proses pumping
terjadi pada atom Helium sedangkan emisi laser terjadi pada atom Neon.
Gambar
2
(2)
Koherensi adalah besarnya nilai koefisien visibilitas dari suatu sinar laser.
Intensitas
adalah besaran pokok fisika
untuk mengukur daya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya
pada arah tertentu per satuan sudut.
Laser
memiliki sifat intensitas karena pada laser terjadi proser pelipatgandan dari
berkas sinar laser.
3.
Diketahui kerapatan
kisi= 800 slit/mm.
d=1/800=0,00125 mm
=1,25. 10-6 m
Jarak antar kisi (D)=
40 cm= 0,4 m
Y= 2 mm= 0,002 m
nm
4.
Tabel 1. Data
drop&dir
|
Velocity
|
1U
|
0,0003445
|
1D
|
0,0003436
|
2U
|
0,0004032
|
2D
|
0,0004038
|
3U
|
0,0003139
|
3D
|
0,0003031
|
4U
|
0,0002048
|
4D
|
0,0002036
|
5U
|
0,0003272
|
5D
|
0,0003227
|
6U
|
0,0002124
|
6D
|
0,0001886
|
Tabel 2.
Tetapan-Tetapan
b
|
0,0082
|
d
|
0,00757
|
v
|
501
|
E
|
66200
|
rho
|
886
|
p
|
98712
|
Tabel 3. Hasil
Perhitungan
No.
Tetesan
|
Muatan
Tetesan Minyak (C)
|
Nilai
n (Pembulatan)
|
1
|
5,93361 x 10-18
|
3,71 x 10+01
|
2
|
7,58465 x 10-18
|
4,74 x 10+01
|
3
|
4,97471 x 10-18
|
3,11 x 10+01
|
4
|
2,65521 x 10-18
|
1,66 x 10+01
|
5
|
5,41908 x 10-18
|
3,39 x 10+01
|
6
|
2,50041 x 10-18
|
1,56 x 10+01
|
Tetesan yang nilainya
paling mendekati nilai muatan fundamental (elektron) adalah tetesan yang ke
enam, karena nilai muatan elektron yang fundamental adalah 1,6 x 10-19
C sedangkan nilai tetesan yang ke enam adalah 2 x 10-18 C.
Dan pada nilai n diketahui bahwa tetesan yang ke enam bernilai 15,6.